Bagikan Artikel
”Jokowisme”, jika dirumuskan, adalah pandangan yang mendasarkan diri pada anti-intelektualisme. Namun, bukan dalam pengertian melawan intelektualisme—sebab intelektualisme itu sendiri tidak pernah menjadi bagian dari alam pikir Jokowisme. Jika harus diberi kerangka ideologis, maka Jokowisme bisa disebut sebagai "ideologi tentang kekosongan ideologi; kemiskinan gagasan; kehampaan intelektualitas; dan cara berpikir yang instan."
Joko Widodo, sebagai tokoh sentral dari Jokowisme, adalah politisi tanpa akar ideologis. Ia tidak memiliki pandangan mendalam terhadap dunia sosial maupun politik. Ia tidak pernah benar-benar belajar tentang sistem dan prinsip-prinsip mendasar kecuali seni berdagang—mencari untung. Sebagaimana pencuri, tindakan politik Jokowi didorong oleh peluang dan kesempatan. Jika ada celah dalam sistem, celah itu harus dimanfaatkan; jika ada hambatan, maka hambatan itu harus diatasi. Kalkulasi politiknya adalah kalkulasi transaksional—sebuah dunia yang ia kuasai sepenuhnya. Bagi Jokowi, pemilihan umum bukanlah proses demokrasi yang luhur. Baginya, pemilu hanyalah sekadar angka: mendapatkan 50+1 suara, yang berarti mandat untuk memerintah. Sesederhana itu.
Kini, setelah hampir satu dekade berada di bawah pengaruh Jokowisme, kita seharusnya dapat melihat dengan jelas bahwa jubah baru sang kaisar hanyalah ilusi yang banal. Sebuah fatamorgana yang harus diberantas sebelum kekuasaannya menjadi tirani yang tak tertandingi.
Laporan Yayasan Kurawal Tahun 2023 ini adalah refleksi atas kerja-kerja Kurawal dalam melawan Jokowisme. Kisah yang terurai di sini adalah rangkuman upaya sistematis kami, sebagai bagian dari masyarakat sipil, untuk membangunkan mereka yang terbius, menyatukan mereka yang tercerai, menguatkan mereka yang tertindas, dan mengkonsolidasikan perlawanan terhadap populisme Jokowi. Catatan ini tidak mengklaim kemenangan, karena menaklukkan rezim sekuat pemerintahan Jokowi membutuhkan usaha dan sumber daya yang jauh lebih besar daripada yang telah kami lakukan.
Namun, laporan ini menggarisbawahi satu pesan penting: warga yang bungkam tidak akan pernah mampu menghentikan ketamakan penguasa. Meskipun kekuatan masyarakat sipil saat ini mungkin terasa terpecah belah, pilihan terbaik adalah terus memperkuat keberanian untuk melawan. Kita harus terbuka menyerap daya yang masih tersedia, menyatukan kekuatan-kekuatan yang terserak, dan menolak kekuasaan yang berambisi menjadi tirani.
Seperti kata pepatah: "If you fight, you might lose. But if you don’t fight, you will always lose." merawat ingatan, menolak lupa, dan memastikan bahwa pandemi menjadi pelajaran berharga bagi generasi mendatang.
Judul | : | Laporan Tahunan 2023 : Tegak Lurus Menolak “Jokowisme” |
Penulis | : | Yayasan Kurawal |
Penerbit | : | Yayasan Kurawal |
Jumlah Halaman | : | 42 halaman |
Tahun Terbit | : | 2024 |
Bahasa | : | Indonesia |