Masih banyak orang muda Indonesia yang belum mengetahui kekejaman Negara pada masa lalu seperti yang terjadi pada tahun 1965 dan 1998, karena narasi tentang peristiwa-peristiwa itu masih dikendalilan pemerintah. Fakta-fakta sebenarnya di balik kejadian-kejadian itu dihapus dari buku sejarah, yang berpotensi memperpanjang impunitas bagi mereka yang terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia pada masa lalu. Program Buried Chapter oleh Talamedia, bekerja sama dengan Kurawal, bertujuan untuk mengganggu siklus tersebut dengan berbagi kisah-kisah yang belum terungkap dan mengemasnya secara kreatif. Dengan melibatkan para sutradara muda, Talamedia telah memproduksi empat film dokumenter dengan perspektif dari warga atau komunitas yang menjadi korban peristiwa tersebut.
Langkah ini memberikan suara alternatif yang selama ini kurang terdengar. Dua film mengenai peristiwa 1965 (Acung Berani Bersuara dan Di Balik Rupa) telah ditonton lebih dari 10 ribu kali di platform YouTube, memperkaya produk pengetahuan tentang peristiwa 1965 dari sudut pandang non-negara. Sementara itu, dua film soal kasus pelanggaran hak asasi manusia (HAM) berat pada 1998 (Hotline 1998 dan Dia Pergi dan Belum Kembali) memiliki total tayangan lebih dari 16 ribu. Film ”Hotline 1998” yang mengangkat cerita soal Peristiwa Pemerkosaan Masal pada 1998 juga diputar di beberapa kota seperti Jakarta dan Makassar dengan respon yang cukup menggugah perasaan dari penontonnya. Selain membuka perbincangan di ruang pubik yang selama ini tertutup, film itu juga membangkitkan kesadaran dan empati publik terhadap korban.
-----
Buried Chapters menyediakan ruang aman bagi orang muda untuk bertanya, berdiskusi, dan berbagi kisah tentang babak-babak dalam sejarah bangsa yang dikuburkan. Kunjungi situsnya.