Ada banyak cara untuk melawan ketidakadilan. Ada yang memilih turun ke jalan, mengangkat poster, meneriakkan tuntutan. Ada juga yang memilih duduk di depan layar, menulis, menyusun kata demi kata, mengubah keresahan menjadi gagasan.

Buku ini lahir dari keduanya.

Mahasiswa Bersuara  adalah inisiatif milik BandungBergerak yang menyediakan ruang di mana kritik sosial tidak sekadar bergema lewat orasi, tapi juga lewat esai dan tulisan reflektif. Di tengah situasi demokrasi yang kian sesak oleh buzzer, polarisasi, dan politik pencitraan, para penulis dalam buku ini membuktikan bahwa suara kritis mahasiswa belum padam. Mereka bicara tentang neoliberalisme di kampus, kekerasan seksual yang dibungkam, pembangunan yang menyingkirkan rakyat kecil, hingga demokrasi yang diacak-acak oleh dinasti politik.

Buku ini bukan sekadar kumpulan tulisan. Ini adalah usaha kolektif untuk menggugat romantisasi masa depan yang dijual elite, membongkar mitos-mitos lama tentang siapa yang boleh bersuara dan bagaimana caranya. Ini tentang mahasiswa yang tidak puas hanya jadi penonton; yang menolak diam saat ketimpangan dan kekerasan terjadi di depan mata.

BandungBergerak, bersama para penulis muda dari berbagai penjuru, menunjukkan bahwa advokasi bisa lahir dari liputan, dari pengalaman sehari-hari, dari keberanian menuliskan yang tak nyaman dibicarakan. Dan ya, kadang-kadang perlawanan dimulai dengan kalimat pertama di halaman kosong.

Buku ini adalah undangan. Untuk mendengarkan, mempertanyakan, dan merumuskan ulang: kampus macam apa yang kita inginkan? Demokrasi macam apa yang ingin kita perjuangkan? Dan, siapa saja yang selama ini ditinggalkan dalam cerita tentang perubahan?

”Karena selama mahasiswa bersuara, kampus belum akan mampus.”

Judul: Melawan dengan Gagasan

Editor: Tri Joko Her Riadi dan Iman Herdiana

Desain Sampul dan Ilustrasi: Bawana Helga Firmansyah

Tata Letak: Irman Nugraha

Penerbit: BandungBergerak

Jumlah Halaman: 159 halaman

Tahun Terbit: 2025

Bahasa: Indonesia