Pandemi Covid-19 memperburuk ketimpangan gender di masyarakat. Rapid Gender Assessment (RGA) oleh UN Women di Eropa dan Asia Tengah menunjukkan bahwa banyak perempuan kehilangan pekerjaan, mengalami pengurangan upah, dan menghadapi peningkatan beban kerja domestik selama pandemi. Selain itu, pandemi juga memicu naiknya kekerasan terhadap perempuan selama periode ini.

Keluarga, sebagai gendered institution, menjadi fokus penting dalam studi feminisme. Feminisme memandang keluarga dalam masyarakat patriarkis sebagai cerminan relasi gender yang timpang. Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diterapkan sejak Maret 2020 semakin memperburuk ketimpangan ini. Pemusatan berbagai aktivitas ke dalam rumah meningkatkan beban perempuan, baik sebagai pekerja maupun pengasuh.

Di Edisi ke-107, Jurnal Perempuan mengeksplorasi pengalaman perempuan Indonesia selama pandemi melalui perspektif feminisme. Kelindan identitas gender, kelas, dan status sosial semakin memperberat kerentanan yang mereka hadapi. Namun, meskipun ruang sosial terbatas selama pandemi, perempuan tetap menunjukkan agensi melalui berbagai inisiatif solidaritas, seperti pendirian dapur umum, edukasi komunitas, hingga advokasi kebijakan.

Daftar judul jurnal di Edisi ke-107 Perempuan & Pandemi COVID-19

1. Perspektif Feminisme: Interseksionalitas dan Covid-19, Gadis Arivia 
2. Dari Kehilangan Ke Ketahanan: Studi atas Pengalaman Perempuan Sumba dalam Penanganan COVID-19, Meylani Yo dan Pupu Purwaningsih
3. Beberapa Pengalaman Perempuan Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pandemi Covid-19, Alimatul Qibtiyah
4. Mempertahankan Ruang Kewargaan: Perempuan Aktivis dan Politik Spasial di Masa Pandemi Covid-19, Robertus Robet, Retna Hanani, dan Charine
5. Urgensi Perspektif Gender dalam Mitigasi Pandemi Covid-19, Misiyah
6. Gerakan Perempuan Ulama Merespons Pandemi Covid-19 di Tengah Komunitas: Pengalaman Simpul Rahima, Andi Nur Faizah
7. Potret Dampak Penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar di Masa Pandemi Covid-19 terhadap Perempuan dan Kelompok Marginal melalui Pendekatan Feminisme Interseksional, Atnike Nova Sigiro, Abby Gina, dan Dewi Komalasari