Bagikan Artikel
Masyarakat sipil saat ini menghadapi tantangan besar. Pemerintah otoriter dan aktor non-negara semakin mempersempit ruang sipil dan merusak reputasi organisasi non-pemerintah (NGO). Narasi negatif, seperti tuduhan bahwa NGO adalah agen asing yang mengancam stabilitas negara, digunakan untuk melemahkan legitimasi masyarakat sipil. Tindakan seperti pembatasan pendanaan asing dan regulasi anti-NGO semakin menyulitkan organisasi masyarakat sipil untuk bekerja secara efektif dan aman.
Dengan meningkatnya tekanan ini, membangun narasi positif menjadi sangat mendesak. Narasi yang kuat dapat menghubungkan isu-isu tematik, menjangkau aliansi baru, dan mengubah persepsi publik dalam jangka panjang. Untuk itu, masyarakat sipil perlu bekerja sama lintas jaringan untuk menciptakan narasi yang mampu memengaruhi kebijakan dan menggalang dukungan publik yang lebih luas.
Pemilu nasional, termasuk Pemilu Presiden Indonesia 2024, memberikan peluang untuk mengubah narasi. Saat politisi berlomba mendapatkan suara, masyarakat sipil memiliki kesempatan untuk menonjolkan isu-isu penting mereka dalam percakapan publik, memperkuat pesan positif, dan membangun aliansi strategis. Namun, pertanyaannya adalah: apakah peluang ini telah dimanfaatkan dengan maksimal?
Judul | : | Bridging the Narrative Divide, Rancang-Aksi Civic Space Series Third Round Discussion |
Penulis | : | Yayasan Kurawal |
Penerbit | : | Yayasan Kurawal |
Jumlah Halaman | : | 16 halaman |
Tahun Terbit | : | 2024 |
Bahasa | : | Inggris |